Wadah dan cara sterilisasi (Teknologi Sterilisasi dan Aseptis)

on Jumat, 29 Mei 2009


Wadah dan cara sterilisasinya

Cara sterilisasi wadah tergantung pada daya tahan bahan dasar wadah dan tujuan penggunaan sediaan di dalamnya.
1. AMPUL
Pada ampul tertutup lehernya harus dipotong terlebih dahulu dengan bantuan alat pemotong ampul. Leher ampul di gores perlahan dengan intan, kemudian ampul dijungkirkan vertikal dengan goresan membelakangi kita. Pegangi tubuh ampul dengan tangan kiri dan ujung ampul dengan jari telunjuk dan ibu jari kanan, tekan hingga leher ampul patah. Ampul kemudian dijentik beberapa kali untuk mengeluarkan pecahan gelas di mulut lubang yang terbentuk.
Setiap ampul sekurang-kurangnya dicuci 3 kali dengan air suling yang telah disaring dengan saringan G3 hingga semua air dalam ampul keluar. Ampul yang telah dicuci diletakkan terbaring dalam kaleng dengan tutup sedikit terbuka untuk memungkinkan uap air mengalir keluar. Sterilisasinya dilakukan dalam oven suhu 170° C selama 30 menit (Praktikum undergrade) atau 2 jam ( Apoteker ). Selesai sterilisasi rapatkan tutup kaleng dan keluarkan dari oven, jika akan digunakan ampul dikeluarkan dari dalam kaleng.

2. VIAL
Vial dan tutupnya dicuci dengan air suling yang telah dilewatkan saringan G3. Sterilisasinya mengikuti cara sterilisasi ampul sedangkan tutupnya (bagian yang terbuat dari karet) didihkan selama 30 menit, dikeringkan dalam kaca arloji dalam oven.


3. BOTOL INFUS
Botol infus dicuci dengan air suling yang telah dilewatkan saringan G3, kemudian dimasukkan dalam wadah kaleng yang besar dan tidak tertutup rapat. Sterilisasinya dilakukan dalam oven suhu 250° C selama 2 jam. Tutupnya yang terbuat dari karet disterilkan seperti tutup vial.

4. TUBE
Tube dan tutupnya (jika terbuat dari besi) dicuci dengan air suling seperti halnya mencuci ampul, dimasukkan ke dalam kaleng yang tidak tertutup rapat. Sterilisasinya dilakukan dalam oven 170° C selama 30 menit (praktikum undergrade) atau 2 jam (Apoteker). Tutup tube direndam dalam alkohol 70% (tutup plastik) selama 30 menit (praktikum undergrade) atau 2 jam ( Apoteker ).


5. KALENG SERBUK TABUR
Kaleng, seal, dan tutupnya setelah dicuci dengan air suling dimasukkan ke dalam wadah kaleng besar. Bagian yang berlubang banyak dilapisi karton tebal sebelum ditutupi kertas perkamen, kemudian disterilkan di oven 170° C selama 30 menit atau 2 jam.


Teknik pembuatan larutan obat suntik
Dalam praktikum dilakukan dua cara, yakni :
- intermediate AD
- non intermediate AD


1. Intermediate AD.
Cara ini melibatkan pengukuran volume sebanyak 2 kali dan dilakukan pada tahap pembuatan dan bukan pada tahap akhirnya.
Untuk membuat larutan 100 ml maka ad volume dilakukan untuk 75 ml, sedangkan 25 ml sisanya digunakan untuk pembilasan wadah yang digunakan supaya zat aktif dan zat pembantu yang melekat pada gelas piala, kertas saring dan gelas ukur dapat terbilas sekuantitatif mungkin.


2. Non Intermediate AD
Cara intermediate AD tidak bisa diterapkan untuk semua larutan obat suntik, misalnya pada pembuatan larutan obat suntik bebas pirogen, suspensi injeksi, ataupun larutan obat suntik dengan bahan pembawa minyak.


Teknik pengisian sediaan ke dalam wadah:
1. Ampul atau Vial
Larutan obat suntik yang telah disaring dituang langsung ke dalam buret steril atau dengan bantuan corong steril (pada praktikum undergrade) atau ke dalam kolom melalui saringan G3 ( Apoteker ).
Pengisian ke dalam ampul/vial disesuaikan dengan syarat volume FI III 1979.
Jarum buret diseka dengan kapas yang telah dibasahi dengan Alkohol 70% dan dengan ujung jarum buret diletakkan sedemikian rupa di leher ampul tanpa menyentuh dinding leher ampul pada saat pengisian ampul serta tidak menyentuh permukaan larutan yang diisikan.
Jika pembawa obat suntik adalah air, dapat dilakukan Uitstomen atau diuapkan setelah pengisian ampul dengan maksud mencuci leher ampul dari kemungkinan adanya larutan obat suntik yang menempel sehingga mencegah pengarangan pada saat penutupan ampul.
Jika zat aktif dalam larutan obat suntik peka terhadap adanya O2 atau CO2, maka sebelum ampul ditutup, dialiri dengan gas Nitrogen setelah diuapkan. Obat suntik berupa suspensi tidak dibenarkan untuk diisikan ke dalam ampul tetapi harus diisikan ke dalam vial yang telah dikalibrasi. Pada saat pengisiannya suspensi harus tetap diaduk untuk menjamin homogenitas kadarnya dalam setiap vial.
2.Botol Infus
Larutan infus yang telah disaring diisikan langsung ke dalam botol infus atau dituang ke dalam saringa G3 dan kolomnya, baru diisikan ke dalam botol infus.
3. Tube
Pasang tutup tube dengan baik. Massa salep atau krim ditimbang, diatas kertas perkamen berbentuk persegi panjang, kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam tube dengan bantuan pinset steril atau dihaluskan dalam three Roller Mill, kemudian dipindahkan ke Zalf Filler steril sebelum dimasukkan dalam tube. Dasar tube ditutup dengan bantuan alat Sealing tube.
4. Kaleng Serbuk Tabur
Pasangkan tutup kaleng dengan rapat. Kaleng kemudian diletakkan terbalik dan serbuk tabur dimasukkan ke dalamnya dengan bantuan corong serbuk yang tangkainya berdiameter lebar atau dengan zalfkaart secara hati-hati. Pasang seal kaleng dengan rapat.


BAB 3
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Langkah ini merupakan penentu dari baik buruknya suatu sediaan yang dibuat, meskipun masih banyak parameter lain yang juga harus diperhatikan.
Data yang harus dikumpulkan ternyata tidak sama untuk jenis sediaan yang berbeda, atau jenis sediaan sama tetapi cara pemberiannyabeda. Jadi sangat bervariasi tergantung pada jenis sediaan, cara pemberian, stabilitas zat aktif, dll.
Umumnya dicari setelah formulator sanggup memprediksikan masalah yang dihadapi, sehingga data tersebut nantinya mampu mengatasi permasalahan yang ada.
Data yang paling dibutuhkan adalah data mengenai zat aktif yang didukung oleh data tambahan mengenai zat pembantu ( data sekunder ).
Yang diuraikan dalam Buku Penuntun Praktikum ini bukanlah kemutlakan yang harus diikuti, melainkan hanya bersifat pengarahan.
Jenis sediaan yang dibahas dalam bab ini adalah :
- Zat aktif
- Kelarutan
Yang utama adalah kelarutannya di dalam air.
Data kelarutan membantu menentukan tipe sediaan yang dibuat, jenis zat aktif yang harus dipilih dan tonisitas larutan.
Tipe sediaan dapat berupa larutan sejati, suspensi sesuai dengan kelarutan zat aktifnya di dalam bahan pembawa yang digunakan.
Jika garam natrium dari zat aktif yang bersangkutan tidak ada dicoba untuk mereaksikannya dengan basa NaOH 4 N ( Sulfadiasin ), atau dicari kombinasi yang dapat membentuk kompleks yang lebih baik kelarutannya di dalam air (Kinin-antipirin, Kofein, Natrium salisilat, dll). Semua zat aktif yang larut dalam air dapat memberikan harga tonisitas larutan tertentu sehingga tonisitasnya harus dihitung.

0 comment:

Posting Komentar